Bertandang ke Padang Panjang

Written By Unknown on Selasa, 16 Oktober 2012 | 10.17

Padang Panjang, Sumatera Barat. Tempo/Febrianti

TEMPO.CO , Padang Panjang: Padang Panjang memang tidak sebeken Bukittinggi. Kota kecil berhawa sejuk ini seolah hanya menyediakan jalan untuk orang yang berkunjung ke Bukittinggi. Padahal, banyak yang unik di Padang Panjang.

Kota yang tenang ini dilindungi Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Juga pernah menjadi latar cerita beberapa karya sastra, seperti A.A.Navis menjadikan Padang Panjang setting sebagian besar karyanya karena ia memang lahir dan besar di kota kecil ini.

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karangan Buya Hamka sebagian latar belakangnya juga di Padang Panjang. Bahkan gelanggang pacuan kuda di Gelanggang Bancah Laweh, yang menjadi salah satu setting novel ini sampai saat ini masih ada dan rutin menggelar lomba pacuan kuda seperti di masa lalu.

Dari segi sejarah, kota kecil ini juga tidak ketinggalan. Sekolah-sekolah Islam modern pertama di Sumatera Barat duluan tumbuh di sini. Ada Tawalib, tempat sekolahnya Buya Hamka dan Perguruan Diniyah Puteri untuk sekolah khusus kaum perempuan. Kedua perguruan Islam ini hingga kini masih bertahan.

Kota ini pada awal abad ke-20 juga amat besar pengaruhnya karena menjadi tempat perlintasan yang strategis antara darek (darat) dan pedalaman Minangkabau.

Saat itu Padang Panjang menjadi tempat lalu lintas ide dan kemajuan, pusat pergerakan pemuda dan pendidikan Islam yang tumbuh subur. Pahlawan Nasional Sutan Sjahrir juga lahir di sini.

Dulunya Padang Panjang juga kota kolonial. Beberapa peninggalannya masih bisa dilihat, misalnya Stasiun Kereta Api yang cukup besar bahkan lebih besar dari stasiun kereta api di Padang. Karena inilah stasiun Kereta Api pertama yang dibuat Belanda di Sumatera Barat.

Stasiun itu terlihat sepi, karena kereta api wisata hanya beroperasi hari Minggu dari Padang Panjang ke Sawahlunto yang melewati tepian Danau Singkarak yang cantik

Ada juga bekas pemandian orang Belanda. Namanya pemandian Lubuk Matokucing Airnya kolamnya dingin dan jernih. Bahkan air yang keluar dari mata air di dasar kolam itu berbongkah-bongkah kehijauan laksana mata kucing, karena itu dinamakan Lubuk Matokucing.

Rumah-rumah warga di Padang Panjang juga masih banyak yang bergaya awal abad ke-20. Rumah kayu dengan lantai semen dengan hiasan ventilasi di atas pintu ynag mirip mahkota Ratu Wihelmena.

Kebun bunga yang cantik menghiasi rumah-rumah lama. Halamannya ditanami aneka bunga pegunungan seperti mawar, dahlia, gladiol dan anyelir merah jambu.

Setelah jalan-jalan mengitari kota, cobalah menjajal kuliner Padang Panjang yang amat khas dan sudah kondang kelezatannya. Mulai dari Sate Syukur yang gurih, berbagai masakan Minang di Rumah Makan Pak Datuk atau mencoba katupek pitalah dan bubur kampium di Pasar Padang Panjang. Dijamin, akan selalu terkenang makan di tempat ini.

FEBRIANTI

Terpopuler:
Cecap Menu Unik di Tanah Flores (Bagian 3) 
Menikmati Ragam Teh Sedunia di Solo
Cecap Menu Unik di Flores (Bagian 4) 
Karnaval Terbesar dan Pertama di Bontang 
Hari Terakhir Berburu Batik dan Kuliner di Senayan


Anda sedang membaca artikel tentang

Bertandang ke Padang Panjang

Dengan url

http://gotravelovers.blogspot.com/2012/10/bertandang-ke-padang-panjang.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bertandang ke Padang Panjang

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bertandang ke Padang Panjang

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger